Saturday, March 25, 2006

"HYUNDAI FORTUNE" MASIH TERAPUNG

HYUNDAI FORTUNE


Kalo kejadian ini benar-benar terjadi, maka ini adalah cobaan berat industri pelayaran internasional di awal tahun 2OO6. Ngga bisa dibayangin kerugian yang ditimbulkannya, sangat sangat sangat besar sekali.

Sesuai info sebelumnya, salah satu kapal dari armada "Hyundai Merchant Marine" (HMM), yakni "Hyundai Fortune" (kapasitas 5.551 TEUs, mohon maaf kemarin kitaorang nulis nama kapalnya "Hyundai Frontier") dikabarkan tenggelam tanggal 22-3-2OO6 malam tetapi pagi ini 25/3 dibantah walau belon ada pernyataan resmi dari pihak HMM atas kejadian tersebut.

Pihak pemadam kebakaran masih berjuang keras untuk menyelamatkan kapal dan sisa kontainer diatas kapal. Sebab-sebab timbulnya kebakaran masih belon jelas. Berita terkait, baca JT 23O3O6. Semoga muatan ex Indonesia ngga banyak jadi korban, buat ngurang-ngurangin komplein Bro'. Kalo iya ada, ya ambil hikmahnya aja.

Hyundai Fortune sempat ditolong 2 (dua) unit kapal bantuan setelah api berkobar di atas kapal kontainer tersebut dan 27 awak kapalnya berhasil diselamatkan, satu diantaranya terluka. Semua kru kemudian dibawa ke pelabuhan terdekat, demikian seperti diungkapkan oleh harian Qatar "The Peninsula". Kalo api udah padam, kontainer yang selamat rencananya mo dipindah-kapalkan secepatnya supaya ngga telat banget sampe pelabuhan tujuan.

Kapal ini sedang bertugas di rute Asia - Eropa (AEX = Asia Europe Express) dibawah komando bareng aliansi "The New World Alliance" (TNWA). Itu aja sih berita tambahan yang mo disampein, untuk melengkapi berita kemarin. Turut prihatin deh.

Sumber : Dari Sana-sini.

Friday, March 24, 2006

"DP WORLD" DIGOYANG DI INDIA

kesian....


Ini kisah pelik, yang lagi-lagi dialami operator terminal kontainer "DP World" setelah meng-akuisisi aset kebanggaan milik Inggeris "Peninsular & Oriental Steam Navigation" (P&O) belon lama ini. DP World merupakan perusahaan asal Uni Emirat Arab (UEA) negeri kaya minyak. Dari judulnya, bukan berarti mereka mo ngadain syukuran dan nanggap dangdutan, lantas ada pentas goyang aduhaiii. Sama sekali ngga ada kaitannya. Baca aja dulu.

Setelah didebat oleh politisi Amrik yang anti-Arab secara gencar dan dipikir-pikir daripada capek ngomong dengan para politisi yang hobinya memang cuap-cuap, manajemen DP World akhirnya setuju ngelepas aset berharga 6 (enam) terminal milik "P&O North America" ke perusahaan Amrik.

Disidik-sidik konon SSA Marine merupakan salah satu pengusaha Amrik yang ngincer aset berharga ini. Padahal nilai akuisisi DP World atas aset P&O ini luar biasa gede nilainya USD 6,8 milyar ato GBP 3,9 milyar. Tapi kontroversi bukannya surut, malah tambah riuh. Biasa 'lah, ulah tukang kompor berdasi alias provokator.

Sekarang, gilirin DP World digoyang di India. Pasalnya, DP World di India khan udah lumayan bagus dan menguasai aset terminal Kochi dan Visakhapatnam (ini terminal kontainer Bung! bukan terminal bis). Nah kalo sampe nguasai aset milik P&O di anak benua ini, praktis hampir 5O % lalu lintas kargo di India akan dikontrol DP World. P&O menguasai 3 terminal : Nhava Sheva (Mumbai), Chennai dan Mundra.

Serikat pekerja pelabuhan setempat (Water Transport Workers Federation of India) mendesak pemerintah menggunakan "Monopolies and Restrictive Trade Practices Act" untuk melindungi kepentingan operasi mereka. Ada kecenderungan bakal terjadi monopoli nantinya. Kalo kerjanya bagus, produktifitas oke, so what ?

Wah, para pedagang permainan monopoli pasti diuntungkan dengan maraknya isu seperti ini. Dunia bakal semakin kecil rasanya ya. Dimana-mana, pemainnya koq ya itu-itu lagi he 3x. Globalisasi Jek globalisasi yooo ! Apa yang bakal terjadi ya kalo kontroversi kayak begini terus terjadi ?

Sumber : Dari Sana-sini.

Tips for finding and fixing gaps in material and data flow

Data flow....


I continue to be amazed at the number of operations managers who, when asked, cannot readily provide me with a snapshot of inventory status by discrete location.

One of my first lessons upon entering the material handling industry some thirty years ago was that the real key to manufacturing and warehousing productivity improvement lay with accurately matching material and data flow. That is, having the ability to capture and process, disseminate and use the information associated with receipts, internal moves, inventory adjustments, order picking and shipments as those events occur. Or, in other words, every time a product moves, the information on its identity, characteristics and location should be updated.

However obvious it may sound, this was (and is, yet today) a tall order for operations whose data capture technology consisted of clipboards and pencils, bullhorns and walkie-talkies.

In the mid-1970s, the data capture tool kit was enhanced with bar code scanning and radio frequency data communications. More recently, voice data entry and RFID have joined the party. These tools facilitate capturing information on goods and work-in-process in real-time, setting the stage for material and data flow synchronization.

How do you leverage their capabilities? Your first step is to grab a couple of D-size drawings and carefully map material and information flows. Put one of them on acetate (or a transparent sheet) and overlay it on the other. Then, compare them. Every time there is a "disconnect" - that is, material goes one way and the data associated with it sits there or goes another - there is an opportunity for improvement.

Disparities or gaps between material and data flow create time lags that impact the accuracy of inventory and affect space and labor utilization, order fulfillment and shipping efficiency. Disparity analysis not only identifies opportunities for AIDC deployment to close the gaps, but may also reveal additional potential for performance improvement through minor changes to layout, material flows, storage and picking processes.

By John Hill, principal, ESYNC


Wednesday, March 22, 2006

... AND THE WINNER IS "ORGANDA"

C'mon baby....make my day !!


Seperti diduga sebelumnya, mogok masal ini ngga bakal lama karena asumsinya kalo iya, maka kerugian dalam hitungan uang maupun citra kepelabuhanan di negeri ini bakal hancur lebur. Kronologisnya, bisa baca juga info sebelumnya di JT 2OO3O6 dan JT 17O3O6.

Menyusul seruan mogok kerja (baca : setop operasi) dari DPP Organda yang mencakup area di 4 (empat) pelabuhan utama : Belawan (Medan), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Emas (Semarang) dan Tanjung Perak (Surabaya) dan dilaksanakan secara konsekuen, ternyata dalam hitungan 21 jam kemudian pemerintah serta merta ngumumin dipenuhinya tuntutan Organda. Istilahnya, pemerintah dibuat knock out (KO) dengan aksi ini. Bravo deh !

Pemerintah akhirnya, mo ngerevisi Keputusan Menteri Keuangan No. 527/KMK.O3/2OO3 tentang jasa Angkutan Umum Darat dan Air yang Tidak Dikenakan PPN yang diprotes. Bayangin aja, Senin (2O/3) pagi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) langsung mimpin rapat kabinet terbatas di kantor presiden.

Senin malam, setelah rapat dengan Menteri Keuangan dan Menteri Perhubungan, Ketua Umum Organda, Murphy Hutagalung nyebutin bahwa pemerintah bersedia nge-revisi peraturan yang dituntut oleh Organda diatas. Cuma karena berita ini di-blow up terus menerus oleh media televisi dari waktu ke waktu, jadi bikin ciut hati para Menteri terkait. Hasilnya memang positif dan jangan pernah meremehkan peranan media 'loh.

Potensi kerugian di 4 (empat) pelabuhan dalam sehari menurut hitungan Depalindo, 11.OOO unit angkutan kontainer nganggur (dan supir sempat resah ngga dapet duit) serta potensi kehilangan pendapatan Rp 6,6 milyar, perusahaan pelayaran merugi Rp 1OO milyar (kapal nganggur juga ngga bisa bongkar muat), barang ekspor yang tertahan bernilai USD 8O juta (consignee di luar negeri ngga mo tahu kalo ada demo) dan citra kepelabuhanan republik ini di mata investor asing jelek banget Bro.

Nasi udah jadi bubur, tinggal nambahin kerupuk dan bawang goreng supaya bisa tetap dimakan. Pelajaran yang bisa ditarik adalah, kalo mo nerapin suatu peraturan, ya di-sosialisasi-kan dulu dong. Kalo bertabrakan begini seolah-olah Menteri jalan sendiri-sendiri dan ngga ada koordinasi. Katanya Kabinet Indonesia Bersatu, ayoooo bersatu dong. Merdeka !

Sebenarnya, mogok bukan solusi terbaik untuk memecahkan masalah tetapi kalo kepepet dan ngga dapat perhatian serius, bisa jadi preseden bagi yang lain. Baik pemerintah maupun swasta nasional. Dan disini, bukan perkara Organda menang, pemerintah kalah. Esensinya, kenapa sih koq ngga bisa berkompromi, didiskusikan dan dipecahkan bersama. Ini khan permasalahan nasional bukan sekedar pelengkap penderita. Apalagi gue punya kuasa, loe mo apa ? Inget prestasi pak Menteri dan bu Menteri cuma dijabat 5 tahun aja, kecuali prestasinya yahuuud !

Saatnya negeri ini berjuang, bukan saling menghujat. Udah ketinggalan selangkah dari Vietnam koq masih santai-santai aja sih ? DO SOMETHING !!! Ayo kerja lagi.

Sumber : Dari Sana-sini.

Related Articles by Labels



Widget by Hoctro
Follow Us

About Us

Advertisment

Like Us


TEU's
© Ship and cargo brokerage All rights reserved | Theme Designed by Seo Blogger Templates